Ustadz, Ente Tausiyah atau Melawak?

Posted by Irwan ibnu syam Label: ,

Oleh : Irwan Saputra

بسم الله الرحمن الرحيم

Dakwah yang merupakan warisan turun-menurun dari rasulullah salallahu’alaihi wasallam dan para sahabat serta penerusnya (ulama’) adalah sesuatu yang amat mulia dalam kehidupan dunia ini. Dapat dibayangkan andaikata tidak ada para penerus dakwah rasul, pastilah umat manusia tidak tahu-menahu antara kebenaran dan kebatilan. Sehingga sebagian orang bercita-cita untuk menjadi pendakwah agar dapat terus melestarikan syari’at Islam yang mulia ini. Tak jarang kita lihat para orang tua bersusah payah untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah-sekolah agama seperti pesantren. Sehingga setiap tahunnya muncullah da’i-da’i muda dan professional.

Keprofssionalan para da’i moderen membuat dunia dakwah berubah. Dengan kreatifitas dan inovasi mereka, banyak terjadi pembaharuan dan fariasi pada model dan metode dakwah. Agar dakwah tidak terlihat kaku dan kuno, sebagian mereka akhirnya mengemas dakwah dalam bentuk nyanyian, musik, drama dan film, bahkan ada juga yang menggabungkan antara lawak dan dunia dakwah, dan inilah yang paling mendominasi.

Jika para alim ulama di zaman dahulu memiliki ketenaran atas keilmuan mereka akan Al-Qur’an, sanad hadits, ijtihadiyah dan juga karya-karya mereka yang mendunia dan tak pernah “mati”. Maka telah terjadi perubahan persepsi umat seiring terjadinya perubahan zaman. Khususnya di Indonesia, kita dapat melihat keunggulan apa yang dimiliki para da’i tersebut sehingga mereka masyhur di tengah umat. Tidak lain yang mereka tonjolkan adalah bagaimana para pendengar terpuaskan atas retorika unik yang disampaikannya. Sehingga sering dijumpai saat perayaan hari besar Islam seperti maulid nabi, Isra’ mi’raj dan lainya yang telah berlangsung, maka obrolan ibu-ibu yang telah menghadirinya berisi perkataan yang kurang lebih seperti ini “ehh.. ustadznya tadi malam bagus, LUCU sekali”, atau pertanyaan dari seorang ibu yang tidak dapat hadir kepada yang telah hadir “gimana ustadznya tadi malam, LUCU gak?”. Dan seperti itulah persepsi umat atas arti dakwah Islam yang tertanam di benak mereka karena ulah para da’i pengejar harta dan dunia.
Da’i-da’i Fitnah, panggilan itulah yang pantas kita sebutkan untuk mereka, yaitu para da’i yang menyeru manusia di depan pintu jahannam. Sebagaimana rasulullah telah bersabda:


Dari Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu Anhu berkata :
“Manusia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang
keburukan karena khawatir jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya ;
Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliyah dan
keburukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini
ada keburukan ? Beliau bersabda : 'Ada'. Aku bertanya : Apakah setelah
keburukan itu akan datang kebaikan ?. Beliau bersabda : Ya, akan tetapi
didalamnya ada dakhanun. Aku bertanya : Apakah dakhanun itu ?. Beliau
menjawab : Suatu kaum yang mensunnahkan selain sunnahku dan memberi
petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka
ingkarilah. Aku bertanya : Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan ?.
Beliau bersabda : Ya, da'i - da'i fitnah yang mengajak ke pintu Jahannam.
Barangsiapa yang mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku
bertanya : Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau
bersabda : Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan
bahasa kita. Aku bertanya : Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika
aku menemuinya ?. Beliau bersabda : Berpegang teguhlah pada Jama'ah
Muslimin dan imamnya. Aku bertanya : Bagaimana jika tidak ada jama'ah
maupun imamnya ? Beliau bersabda : Hindarilah semua firqah itu,
walaupun dengan menggigit batang pohon hingga maut menjemputmu sedangkan
engkau dalam keadaan seperti itu". [Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35.]

Mereka adalah para da’i (penyeru) yang menyeru manusia kepada Allah dengan jalan yang di laknat Allah. Bahkan yang lebih celaka lagi, tak jarang mereka membawakan cerita-cerita dusta, kata-kata cabul dan memperolok-olok seseorang ataupun agama demi gelak-tawa para pendengar atas banyolan dan lelucon mereka.

Perkataan atau cerita dusta memang sudah menjadi makanan pokok para da’i ini, karena akan sangat sulit dijumpai sebuah anektod (cerita lucu berdasarkan kejadian yang sebenarnya) yang akan dijadikan bahan banyolan. Katanya agar para pendengar tidak menjadi bosan ataupun mengantuk. Padahal Rasulullah Salallahu’alaihi wasallam bersabda,

“Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud no. 4990, At-Tirmizi no. 2315, dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 7136)

Belum lagi perkara memperolok-olok ayat-ayat Allah, RasulNya, simbol-simbol agama dan juga terhadap orang-orang shaleh. sekali lagi, semua demi gelak-tawa para pendengar. Mungkin harta dan ketenaran di dunia telah menggelapkan mata hati mereka, sehingga mereka rela mengolok-olok agamanya sendiri demi mendapatkan kesenangan dunia yang fana. Allah subhanahu wata’ala berfirman,

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah:”Apakah dengan Allah Subhanahu Wata’ala , ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. 9:65-66)

Hukum Mengolok-olok Simbol Agama Untuk Membuat Orang Lain Tertawa

Syaikh Ustaimin ditanya: Ada sebagian orang yang bercanda dengan perkataan yang mengandung ejekan dan hinaan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala atau RasulNya atau AgamaNya.

Jawaban: Perbuatan mengolok-ngolok Allah Subhanahu Wata’ala , Rasul-Nya dan agama Islam untuk membuat orang lain tertawa walaupun hanya sekedar bercanda, merupakan kekufuran dan kemunafikan. Perbuatan ini seperti pernah terjadi pada jaman Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wasalam, mereka yang mengatakan,”Kami belum penah melihat seperti para pembaca (Al Qur’an) di antara kami, yang lebih buncit perutnya, lebih berdusta lisannya dan pengecut saat berhadapan dengan musuh. Maksudnya adalah Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wasalam dan para sahabatnya. Lalu turunlah ayat tentang mereka: Jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”.( At Taubah 65)
Lantas mereka datang kepada nabi dan berkata: Sesungguhnya kami berbicara tentang hal itu ketika kami dalam perjalanan, hanya bertujuan untuk menghilangkan jenuhnya perjalanan. Namun Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi Wasalamberkata kepada mereka sebagaimana yang diperintahkan Allah Subhanahu Wata’ala , Katakanlah:”Apakah dengan Allah Subhanahu Wata’ala , ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman." (QS. 9:65-66)


Jadi, bahasan materi Rububiyah, kerasulan, wahyu dan agama adalah materi agama yang terhormat, tidak boleh seorangpun bermain-main dengan itu, tidak menjadikan sebagai bahan ejekan dan banyolan, agar membuat orang lain tertawa ataupun menghina. Barangsiapa bertindak demikian maka ia telah kafir, karena tindakan tersebut sebagai bukti penghinaan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala , para Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya dan syariat-syariat-Nya. Maka barangsiapa melakukan perbuatan tersebut, hendaknya bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata’ala , karena perbuaan itu termasuk kemunafikan dan hendaknya harus bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata’ala , memohon ampunan dan memperbaiki perbuatannya serta menumbuhkan di dalam hatinya rasa takut, pengagungan dan cinta terhadap-Nya. Hanya Allah Subhanahu Wata’ala lah yang kuasa memberi taufik.
(Majmu’ Fatawa wa Rasail Syaikh Utsaimin, 2/ 156-157)

Kerusakan para da’i-da’i fitnah ini tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, namun mereka akan menyebabkan penyakit menular kepada umat. Sebagaimana kita ketahui bahwa keadaan umat saat ini sangatlah jauh dari ilmu agama, sehingga mereka akan bertaklid (mengekor) sepenuhnya pada seorang yang dianggap berkompetensi dalam hal agama, seperti para kyai dan ustad. Sungguh tepat ungkapan Ibnul Mubarak rahimahullah,

Tidaklah merusak agama ini melainkan para raja, ulama su’ dan para rahibnya.”Hal ini karena manusia ini bergantung kepada ulama (ahli ilmu dan amal), ubbad (ahli ibadah) dan muluk (umara, aghniya’). Jika mereka baik, manusia akan baik dan jika mereka rusak, pasti dunia menjadi rusak.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/462)

Dan diriwayatkan bahwa Allah Subhannahu wa Ta’ala memberi wahyu kepada Nabi Daud alaihis salam: “Wahai Daud jangan engkau jadikan antara Aku dan antara dirimu seorang alim yang sudah tergoda oleh dunia, sehingga ia bisa menghalangimu dari jalan mahabbahKu. Karena sesungguhnya mereka adalah para begal yang membegal jalannya hamba-hambaKu. Sesungguhnya hukuman terkecil yang Aku kenakan untuk mereka adalah Aku cabut kelezatan bermunajat dari hati mereka.” ( Jami’ Bayanil Ilmi, Ibnu Abdil Bar, 1/193).

Semoga Allah ta’ala menjauhkan kita dari da’i-da’i fitnah tersebut, dan menjauhkan kita pula dari sifat mereka yang dimurkai Allah.

6 komentar:

  1. Nurhasanah Sidabalok

    menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang diinginkan, bukan itu yang diajarkan oleh bginda Rasulullah.

  1. Irwan ibnu syam

    seeppp...
    apa kabar your blog?? lama tak terlihat stelah kabar CCTV.. :)

  1. Rika Rusianum

    ustadz nya cuma buat pendengarnya senang aja..

  1. Nurhasanah Sidabalok

    :)
    ikuti cerita sang guru ...

  1. Irwan ibnu syam

    iyee lah, cek guu... :)

  1. Anonim

    Ahsantum.. sekarang banyak ustad di tv yang jadikan keustadannya sebagai profesi. semua karena cari uang! bukan berdakwah yang sebenarnya. Kalau mereka memang berdakwah sebenarnya, mana mungkin tv-tv mau menayangkan acara mereka? Kan tv-tv sekarang media yang dikuasai musuh-musuh Islam.

    Hauzah Maya

Posting Komentar